HarianMetro.co, POHUWATO – Rencana pembangunan pelabuhan oleh PT. Biomasa Jaya Abadi di Desa Trikora, Kecamatan Popayato, memicu kontroversi di kalangan warga setempat. Pantai Lalape, yang menjadi ikon wisata Desa Trikora dan sumber penghidupan bagi masyarakat melalui Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), kini terancam hilang akibat proyek tersebut.
Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Kabupaten Pohuwato, melalui Kabid Pariwisata Herman Abdullah, mengungkapkan keprihatinan mendalam atas potensi dampak negatif dari proyek ini. Kami tidak rela, tegasnya saat diwawancarai pada Kamis, 10 Oktober 2024. Herman menegaskan bahwa pihaknya akan berupaya mempertahankan keberadaan Pantai Lalape, yang telah lama menjadi sumber mata pencaharian bagi warga setempat.
Pihak Dinas Pariwisata berkomitmen untuk memastikan bahwa Pantai Lalape tetap terdaftar dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Pohuwato. “Objek wisata ini termasuk dalam empat destinasi yang paling sering dikunjungi di Kabupaten Pohuwato. Jika pantai ini hilang, maka kunjungan wisata akan hilang,” ujar Herman dengan nada khawatir.
Warga setempat juga menunjukkan penolakan terhadap pembangunan pelabuhan, mengingat dampak yang mungkin ditimbulkan terhadap lingkungan dan mata pencaharian mereka. Banyak yang berpendapat bahwa keberadaan pelabuhan akan mengganggu ekosistem pantai dan mengurangi daya tarik wisata yang telah menjadi identitas Desa Trikora.
Kontroversi ini mencuatkan perdebatan antara kebutuhan pembangunan infrastruktur dan perlindungan terhadap potensi wisata yang telah menjadi tulang punggung ekonomi lokal. Masyarakat berharap pemerintah dan pihak pengembang dapat mendengarkan suara mereka dan mencari solusi yang tidak merugikan warga dan lingkungan.
Sebagai destinasi wisata yang memiliki nilai sejarah dan ekonomi bagi masyarakat, Pantai Lalape kini menjadi sorotan dalam perjuangan untuk mempertahankan identitas lokal di tengah arus modernisasi dan pembangunan.
Pewarta: //Mldi