HarianMetro.co, POHUWATO – Tulude atau tolak bala dalam bahasa kebudayaan masyarakat suku Sangihe khususnya yang ada di Desa Londoun Kecamatan Popayato Timur berlangsung Rabu (31/01/2024).
Kegiatan tulude itu turut dihadiri Bupati Pohuwato diwakili Kadis Dukcapil Achmad Djuuna didampingi Kadis Pendidikan Ikbar AT Salam, Camat Popayato Barat Marjan Kisman Bula, Camat Popayato Zulkifli Buludawa, Camat Popayato Timur Arifin, para Kades se-Kecamatan Popayato Timur. Hadir pula Anggota DPRD Wawan Hatama, Yenni Ema Tulung, dan Inong Nurhamidin, Tetua Adat, Badan pekerja sinode GPIG.
Kegiatan diawali penyambutan secara adat sangihe dari depan pintu gerbang menuju lapangan atau pusat pelaksanaan tulude, diiringi tarian adat pelo-pelo nihaka, peresmian taman desa, pato-pato sepanjang jalan desa, kemudian prosesi tamu kehormatan hingga memasuki bangsal perayaan.
Dalam sambutannya, Achmad Djuuna mewakili Bupati Pohuwato mengatakan, dalam rangkaian upacara adat tulude yang setiap tahun dilaksanakan ini baik suku Sangihe di Desa Londoun maupun di Desa Karangetang itu melaksanakan gelar adat tulude.
Selanjutnya apresiasi dan penghargaan dimana kegiatan tulude ini terus dilaksanakan setiap tahun oleh masyarakat sangihe di Londoun.
“Memang acara ini masih merupakan tradisi adat yang turun temurun dari leluhur yang di dalamnya mengandung makna syukuran, walaupun ini merupakan nilai adat tapi yang intinya pengucapan syukur kepada Yang Maha Kuasa terhadap perjalanan hidup pada tahun 2023, yang disyukuri itu apa nikmat yang masih sempat dinikmati dan bentuk kenikmatan yang pernah dilaksanakan”, ungkap Djuuna.
Disisi lain, kata Achmad Djuuna, bahwa tradisi adat ini dapat mempersatukan persaudaraan warga masyarakat sangihe khususnya.
“Kegiatan ini sangat positif, ini adalah syukuran tahun yang lalu berbagai nikmat Tuhan yang diberikan kepada masyarakat, itu di syukuri oleh masyarakat dengan gelar adat ini”, ujar dia.
Selanjutnya tradisi adat ini sudah menjadi milik pohuwato karena warga sangihe sudah merupakan warga masyarakat pohuwato dan itu tidak bisa dipungkiri serta memperkaya khasanah adat yang ada di pohuwato, sehingga diminta dapat dijaga dan dipelihara.
“Seperti apa yang disampaikan kepala desa, kita tinggalkan yang buruk, dan kita bawa hal-hal yang positif”, jelas Djuuna.
Olehnya itu, kata Djuuna lagi, perlu ke depan tradisi ini terus dijaga, dan selaku pemerintah daerah berkomitmen dan terus mendukung tradisi ini supaya semua tradisi yang ada di pohuwato tetap terjaga dan dapat dilaksanakan terus menerus.
“Karena adat tulude ini akan kita tularkan kepada anak cucu kita, ucapan terimakasih kepatuhan bahwa semua yang diberikan kepada kita adalah nikmat yang perlu kita syukuri, Londoun bergerak maju jadi jangan tinggal diam di tempat, kita berkreasi, berinovasi, apapun itu yang penting hal positif karena hal positif akan kembali juga ke kita”, kata Achmad Djuuna.
Sementara itu, Kepala Desa Londoun Lodrik Dantene dalam sambutannya menyampaikan terimakasih atas kesempatan kita berjumpa hari ini. Tulude dilaksanakan adalah dalam rangka mensyukuri karunia Tuhan yang telah kita lewati dan bertekad maju di tahun ini dengan tetap mengandalkan Tuhan.
“Yang tidak baik ditinggalkan, yang terbaik tetap ada, yang tidak baik kita tinggalkan seiring tahun 2023 yang telah lewat, dan tahun ini akan menjadi inspirasi bagi kita untuk melangkah di 2024”, kata Lodrik Dantene.
Dengan mengangkat tema ‘Londoun Bergerak Maju’ satu tekad yang kuat, kebersamaan warga Londoun berharap yang terbaik di masa-masa yang akan datang menyongsong Indonesia Emas 2045.
“Dan mari kita menjalin kebersamaan, persaudaraan di tengah-tengah kehidupan warga popayato timur, Pohuwato, Provinsi Gorontalo dalam menapaki hidup lebih baik, esok dan seterusnya”, jelasnya.//AD