HarianMetro.co, POHUWATO – Pertambangan emas di Pohuwato, menurut para Kabilasa yang merupakan pekerja tradisional di sana, memberikan dampak positif bagi masyarakat setempat.
Meskipun para Kabilasa telah memiliki modal usaha di luar pertambangan, mereka masih mengandalkan pertambangan emas sebagai sumber penghasilan utama. Karena, berkat hasil tambang, keluarga mereka terbantu dan mampu menyekolahkan anak-anak mereka hingga ke tingkat perguruan tinggi.
Salah satu penambang lokal asal Pohuwato yang aktif sejak tahun 70-an, Susatyo, kepada media ini berbagi cerita tentang aktifitasnya selama menjadi Kabilasa.
“Saya bisa sekelohkan anak-anak,” ungkap Susatyo singkat, Minggu (12/03/2023).
Dirinya juga mengakui bahwa sebagai kabilasa, tidak ada larangan bagi mereka yang ingin mendulang emas. Hanya saja, mereka dilarang untuk mengambil material di dekat tebing yang berbahaya.
“Yang dilarang itu bukan kabilasa di lokasi, hanya saja kabilasa yang nekat ambil material di dekat tebing, itu yang dilarang, nah pelaku usaha sediakan beberapa baket untuk Kabilasa,” kata Susatyo.
Meskipun ada berita tentang larangan bagi para Kabilasa yang beredar, Susatyo menduga bahwa hal tersebut hanya terjadi di pertambangan Dengilo, bukan di tempatnya.
“Jadi mungkin yang mereka maksud itu di Dengilo, kalau kita disini ada perhatian dari pelaku usaha,” jelasnya.
Menurutnya, kehadiran pelaku usaha saat ini sangat membantu para Kabilasa dalam mendapatkan material yang mengandung emas. Para Kabilasa juga merasa dihargai oleh pelaku usaha dan mendapatkan perhatian dari mereka.
“Kehadiran pelaku usaha membantu kami, bayangkan dengan kedalaman itu kami tidak bisa kerja pake linggis, disini tinggal pake terpurung dengan balanga Goreng,” katanya.
“Torang ini biasa kalau tidak ada dia punya tuan, torang dia suru bale ulang besok, jadi tidak ada itu dorang bilang dorang marah kabilasa,” tutupnya.//RH